MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR : ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Judul “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan” memberi petunjuk adanya sesuatu yang inheren, mungkin permasalahannya ialah adanya kontinuitas dan perubahan, harmoni atau disharmoni. Tidak mustahil ketiga masalah ini akan melihat masa lampau atau masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, dan dapat melibatkan perdebatan semantika.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemisikinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interpendensi, dan ramifikasi(percabangannya). Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini, memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner.
1.2.        Rumusan Masalah
1.    Apa saja definisi dari ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
2.    Bagaimana kaitan antara ilmu pengetahuan teknologi dengan masalah kemiskinan
a.    Tujuan Penelitian
1.    Mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan.
2.    Membahas kasus studi tentang ilmu pengetahuan teknologi yang berkaitan dengan masalah kemiskinan di negeri ini




BAB II
PEMBAHASAN
2.1.        Ilmu Pengetahuan
Di kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional, empiris, umum, dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori, diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Menurut Decartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi; oleh  Bacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin; menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengelaman; dan dari teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil, dimana pengetahuan dianggap benar apabila dalil itu mempunyai hubungan dengan dalil yang terdahulu. Kedua, pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataaan. Teori ketiga menyatakan, bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan akan mengalami kesulitan. Sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu pengetahuan yang dikalangan ilmuwan sendiri sudah ada keseragaman pendapat, hanya akan terperangkap dalam tautologis.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian sintesis, induktif, dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empath hal :
a.    Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif
b.    Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh dakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c.    Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
d.    Merasa apsti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka unntuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya. Ilmu pengetahuan itu sendiri mencakup ilmu pengetahuan alam generic meliputi segala usaha penelitian dasar dan terapan serta pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai penggunaan sistematis dari pengetahuan yang diperoleh penelitian untuk keperluan produksi bahan-bahan, cipta rencana system metode atau proses yang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atua engineeringnya ( Bachtiar Rifai, 1975 ).
Ilmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan kemiskinan, yang pada hakikatnya tidak dapat melepaskan diri adri katiannya dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling elementer, dimana kekurangan dapat menjurus pada kematian. Tetapi di lain pihak ekonomi sekarang berada pada puncak kegemilangan intelektual, banyak menggunakan penilaian matematis dan usaha pembuatan model matematis yang merupakan usaha yang amat makmur (American Economic Association). Dalam hal ini tentu ekonomi perlu menyajikan analisis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dengan bermacam-macam kadar asumsinya, sebab, apabila bertentangan dengan nilai-nilai atau etika yang hidup dalam masyarakat dan model-model yang dibangunnya tidak relevan, akan memberi kesan sebagai suatu ilmu yang mengajarkan keserakahan.
2.2. Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu seni yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “Secara konvensional mencakup penguasaan dunnia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosail, terutama teknologi sosail pembangunan sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insan.”(Eugene Staley, 1970 )
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “The Technological Society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun arti atau maksudnya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunayi efisiensi (untuk memberikan tingkatan perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Batasan ini bukan bentuk teoritis, melainkan perolehan dari aktivitas masing-masing dan observasi fakta dari apa yang disebut manusia modern dengan perlengkapan tekniknya. Jadi teknik menurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandarisasi dan diperhitungkan sebelumnya.
Fenomena teknk pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja ( 1980 ) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
b.    Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.    Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non-teknik menjadi kegiatan teknis.
d.    Teknis berkembang pada suatu kebudayaan
e.    Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Awal perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung dari teknik.. Contohnya dengan berkembang pesatnya teknologi computer dan teknologi satelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja kedua produk teknologi tersebut. Luasnya bidang teknik digambarkan oleh Ellul sebagai berikut :
1.    Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industry.
2.    Teknik meliputi bidang organisasi seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3.    Teknik meliputi bidang manusiawi, seperti pendidikan, kerja, olahraga, hiburan, dan obat-obatan
Teknik-teknik manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saaat ini telah jauh dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Situasi tertekan
2.    Perubahan ruang dan lingkungan manusia
3.    Perubahan waktu dan gerak manusia
4.    Terbentuknya suatu masyarakat massa
5.    Teknik-teknik manusiawi dalam arti ketat
Akibat kondisi yang disebutkan tadi, dampak teknik itu sendiri bagi manusia sudah dirasakan dan fenomenanya Nampak. Seperti : anggapan para ahli teknik bahwa manusia hanyalah mitos abstrak, manusia mesin, penerapan teknik memecah belah manusia, timbul kemenangan pada alam tak sadar, symbol-simbol tradisional diganti dengan teknik, terbentuknya manusia-massa dan Nampak teknik sudah mendominasi kehidupan manusia secara menyeluruh.
2.3.        Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tiak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam manentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang dusunnya, yaitu :
1.    Ontologis, yaitu menafsirkan hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya melalui desuksi-desuksi yang dapat diuji secara fisik. Artinya ilmu harus bebas dari nilai-nilai yang sifatnya dogmatic
2.    Epistemologis, artinya adalah berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi. Sikap moral implisit pada proses tersebut
3.    Aksiologis, artinya lebih lengket dengan nilai atau moral, diaman ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Ilmu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai atau moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan :
1.    Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksionolgis, soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri
2.    Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas moral atau nilai-nilai.
Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
1.    Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan eknonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2.    Pada tingkat konsekuensi social, penerapan teknologi harus merupakan hasil kesepakatan ilmuwan social dari berbagai disiplin ilmu.

2.4.        Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dll ( Emil Salim, 1982 ).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1.    Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2.    Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3.    Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat-istiadat, dan system nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkuangan social, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisis pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah bernilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkan dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal. Menurut Prof. Sayogya ( 1969 ), garis kemiskinan dinyatakan dalam rp/tahun, ekuivalen dengan nilai tukar beras (kg/orang/bulan, yaitu untuk desa 320 kg/orang/tahun dan untuk kota 480 kg/orang/tahun ).
Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Tidak memiliki factor produksi sendiri tanah, modal, keterampilan, dsb
b.    Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha
c.    Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan
d.    Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed ), berusaha apa saja
e.    Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan
Karena kemiskinan di antaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, makan terlebih dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu “struktur”. Inti pokok dari sstruktur adalah realisasi hubungan antara suatu objek, dan antara subjek-subjek komponen-komponen yang merupakan bagian dari suatu system. Maka permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen ( subjek-subjek ) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau system dan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan system.
Pola relasi dari struktur ini, yang urgen adalah struktur dalam soal social-ekonomi meskipun struktur lainnya menentukan. Pola relasi dalam struktur  social ekonomi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a.    Pola relasi antara manusia (subjek) dengan sumber-sumber kemakmuran ekonomi seperti alat-alat produksi, fasilitas-fasilitas Negara, perbankan, dan kekayaan social
b.    Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah distribusi hasil, apakah memperoleh apa yang diperlukan sesuai dengan kelayakan derajat manusiawi.
c.    Pola relasi antara subjek atau komponen-komponen social-ekonomi dalam keseluruhan mata rantai kegiatan dengan bantuan system produksi.
Dalam hal ini adalah mekanisme pasar, bagaimana posisi dan peranan manusia sebagai subjek dalam berfungsinya mekanisme tersebut.
Secara analog dapat ditentukan pola-pola relasi dalam bidang ekonomi. Kesemuanya merupakan substruktur atau subsistem dari struktur dan system kemasyarakatan yang berlaku yang mendasari masalah-masalah kemiskinan. Dengan demikian kemiskinan berkaitan langsung dengan system kemasyarakatan secara menyeluruh, dan bukan hanya masalah ekonomi atau politik atau social-budaya. Maka penanganannya harus berlangsung secara komprehensif, dengan suatu strategi yang mengandung kaitan-kaitan dari semua aspek dan perikehidupan manusiawi. Bisa dimulai dengan resep ekonomi, kemudian ditunjang oleh tindakan social dan politis yang nyata, dengan intervensi pemerintah dan kesadaran manusia miskin itu sendiri, tidak bersikap nrimo dan tidak bersikap neglect atau tidak mau tahu tentang kemiskinan.
Kalau kita menganut teori fungsionalis dari statifikasi ( tokohnya Davis ), maka kemiskinan pun memiliki sejumlah fungsi, yaitu :
1.    Fungsi ekonomi : Penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana social, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas ( masyarakat pemulung ).
2.    Fungsi social : Menimbulkan altruism (kebaikan spontan ) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3.    Fungsi kultural : Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
4.    Fungsi politik : Berfungsi sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut. Tetapi, karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.














BAB III
PENUTUP
3.1.        Kesimpulan
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan. Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia, melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Ilmu pengetahuan, teknologi serta kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas, sebab bagi siapa saja yang dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang mengikuti era globalisasi yang sudah modern ini. Dan bagi siapa saja yang tidak menguasai IPTEK maka ia akan tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan teknologi di zaman ini.
Bila di zaman yang modern ini masih ada masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien lagi di zaman ini.
3.2.        Saran
Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan rujukan yang saya miliki dalam menyusun makalah tersebut.




Daftar Pustaka

Harwantiyoko. 1996. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Gunadarma

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR : MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN

Proposal Rencana Bisnis

Review Jurnal